Kemarin malem gue sholat tarawih di Masjid Agung Sarua Permai. Ga seperti biasa, yang ceramah malem itu ustadnya masi muda, suaranya menggelegar :halah?:, orangnya bersemangat, biking w ikutan semangat untuk ngedengirin dia orang ceramah.
Malem itu pa ustad cerita tentang keindahan syair-syair Al Quran dan perintah Allah untuk mengamalkannya.
kalo kata pa ustad siy ‘usaha paling sederhana untuk mengamalkan Al Quran adalah dengan selalu membacanya secara benar’ pake tajwid maksudnya. ‘alhamdulilah~’ gw bersyukur dalem hati.
ceramah berlanjut. Kali ini gue mau ceritain ulang salah satu ceritanya pa ustad saat ceramah tadi malem.
begini kata pa ustad..
‘ Ada seorang teman, seorang kepala keluarga dari sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak mereka. bercerita mengenai pengalamannya kepada saya. keluarga ini terkenal jarang melaksanakan shalat di mesjid. Namun mari kita berprasangka baik, keluarga ini pasti ingin menghiasi rumahnya sendiri dengan sholat dan tadarus AL Quran.. ‘
mpe sini jamaah pada senyum senyum, gue juga, tersindir kali yee.. :p
‘si bapak suatu hari mengeluh kepada saya. tentang hapalan ayat Al Qurannya yang hanya terdiri dari 2 ayat saja, Al-Ikhlas dan Al- Falaq. Si bapak bercerita bahwa dua ayat itu yang setiap hari dia gunakan ketika memimpin sebagai imam sholat jamaah dirumahnya bersama istri dan kedua anaknya. Setiap hari pula si Bapak menjadi bahan olok-olokan kedua anaknya yang selalu menjadikan ajang sholat berjamaah dirumah sebagai bahan permainan mereka. biasanya setelah Al- Fatihah selesai dibacaa mulai terdengan suara cekikikan dari kedua anak si Bapak. mereka main tebak-tebakan, ayat apakah yang akan dibaca oleh Bapak? karena pilihannya Cuma 2, Al-Ikhlas atau Al- Falaq. satu anak memilih Al-Ikhlas dan satunya memilih Al-Falaq, siapa yang benar tebakannya biasanya akan ketahuann setelah shalat berjamaah selesai. Kedua anak Bapak itu akan meributkan soal kemenangan dan kekalahan mereka. Setiap hari seperti itu. Merasa tersindir, si bapak pergi menghadap sang pak ustad.
Pak ustad menyarankan agar si bapak mengapal satu ayat pendek lagi sebagai alternatif. karena kemampuan si bapak dalam menghafal yang meragukan, pak ustad menyarankan surah Al-Kautsar saja yang dihapal. Mudah, hanya terdiri dari 3 ayat. Si bapakpun dengan sungguh-sungguh menghapalkan surah tersebut.
Beberapa hari kemudian si bapak bertekad mempraktekannya ketika sholat berjamaah. Ia yakin hari ini anak-anaknya akan terpana oleh surah baru yang dibacanya ketika menjadi imam. Al-Fatihah selesai dibaca, kasak kusuk kedua anak si bapak mulai terdengar di belakang, si bapak langsung membaca surah Al-Kautsar. suasana langsung sunyi. anak-anak si bapak gondok. bapakpun melanjutkan bacaannya. ayat pertama.. ayat kedua.. dibaca dengan mudahnya. saat masuk ayat ketiga..
‘inn...’
si bapak lupa lanjutannya apa
‘innnn..’
berusaha melanjutkan
‘iinn.. inaa.. innaaaa …’
akhirnya nambah satu hurup
‘innnaaa..’
masih lupa juga
‘ … ‘
tertegun, berusaha mengingat-ingat sekuat tenaga
‘ innnn..’
sungguh, kasihan si bapak.
kasak kusuk anak-anak mulai terdengar lagi dibelakang.
‘aku harus menuntaskan ini’ pikir si bapak
‘inn naa..’
‘ innaalillahiii wa innaailaihiiroOojiuUunnn…’
